See You Again, KyuHyun Hyung (?!)

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

“Beneran nih, Yah?” tanya Ami, tidak percaya dengan ucapan ayahnya.

“Beneran,” jawab Ayahnya dengan mimik geli melihat wajah anaknya itu ragu, sekaligus senang.

***

Dengan semangat ’45, Ami mengurus keberangkatannya ke Korea Selatan bulan depan, bertepatan musim semi di negeri ginseng  itu. Ayahnya kebetulan mendapat rejeki dan memutuskan memenuhi impian anak sulungnya yang sudah dari dulu ingin pergi ke Korea.

“Ibu, passport kita berdua bisa diambil minggu depan, asik ‘kan?” lapor gadis beralis terang itu. Ibunya hanya tersenyum-senyum melihat kebahagian di wajah putri sulungnya.

“Iya, iya. Emang rejeki kamu, Mi, pas-pasan banget sama liburan kuliah kamu,” sahut ibunya sambil membelai lembut, Indah, anak bungsunya.

“Hehe, iya ya, pas banget,” cengiran lebar masih terpampang di wajah Ami, betapa senangnya ia membayangkan akan menginjakkan kaki, dan berjalan-jalan ke menara Seoul, wuiih, pasti sangat menyenangkan!

***

Akhirnya liburan semesternya tiba juga, dan waktunya untuk berangkat ke negeri impiannya.

“Mi, kalo Ibu bingung sama bahasa disana, gimana?” kata ibunya ketika mereka duduk di tempat duduk pesawat yang sebentar lagi lepas landas.

Gadis itu menengok pada ibunya, “Tenang, Bu, ‘kan bisa bahasa inggris, hehe,”

“untung ibu sudah belajar dikit bahasa korea sama dokter kulit ibu yang orang korea itu, hehe” jawab ibunya tanpa disangka.

“Hah?! Kok ibu gak ngajak-ngajak sih?” teriak Ami sambil memasang seatbelt-nya ketika pengeras suara dari pesawat tersebut memerintahkan para penumpangnya, ibunya juga ikutan sibuk.

“hehe, habis, kamu sih, sibuk mondar-mandir ngurusin passport,” kata ibunya membela diri, “Udah, tenang aja, ‘kan bisa pake bahasa inggris, lagipula, ibu ‘kan gak kemana-mana, bareng sama kamu terus,”

“Oh iya ya, hehehe” cengir Ami.

***

“wooww,” itulah kata pertama dari mulut Ami saat sampai di bandara Incheon.

“Excuse Me!” banyak teriakan di belakang Ami karena gadis itu berhenti di tengah tangga pesawat, ia tak sadar saking terpesonanya, padahal baru bandaranya saja, ckckck.

“Ih, Ami, kok kamu udik banget sih datang ke Korea, bikin malu Indonesia aja,” Omel ibunya sambil celingak-celinguk.

“Iya, iya,” sahut Ami ogah-ogahan, “cari apa sih, Bu?” tanya Ami, bingung melihat ibunya celingak-celinguk gak jelas.

“cari tempat duduk, ibu capek, nih,”

“Mm, untung kita gak pake jemput-jemputan segala, kalo gak, mana sempat ibu duduk-duduk,” kata Ami, matanya sibuk memperhatikan orang-orang bermata sipit berlalu lalang di depan dan di belakangnya.

“Siapa bilang, ayah nyuruh orang jemput kita kok, emang mau tersesat di negeri orang?” kata Ibunya, Ami hanya manggut-manggut, ia merasa belum puas memperhatikan lalu lintas manusia-manusia sibuk didepannya, “Kalo gitu, beliin ibu minum dong, Mi,” pinta ibunya.

“Hah? Ami mana tahu, Bu, baru juga nyampe 15 menit yang lalu,” tolak Ami, gadis berambut sebahu itu tidak ingin diganggu.

“Ayolah, Mi, air minum ibu habis, haus nih, tadi ibu liat disitu ada minimarket” paksa ibunya.

“Kalo gitu, mana uangnya?” berharap ibunya belum menukarkan rupiahnya dengan Won, sehingga dia tidak jadi pergi membeli pesanan ibunya.

“Nih, untung ayah ngingatkan ibu nukarin uangnya, hehe,” cengiran kemenangan terpampang jelas di wajah ibunya, terpaksa, Ami berjalan ke arah yang dijelaskan ibunya.

***

“Uh, untung ketemu,” kata Ami pada dirinya sendiri, senang sekaligus takut berjalan seorang diri di negeri yang baru 20 menit lalu dilihatnya. Mata bulatnya yang kontras dengan orang yang lalu lalang sibuk melihat tulisan huruf korea yang sama sekali tidak dimengerti gadis itu.

naega eotteohge dangsin-eul dowa deulilkkayo?” seorang wanita tua yang berwajah ramah kelihatannya berbicara pada gadis Indonesia asli itu.

“Hah?” Ami hanya bisa melongo tak mengerti, “I’m Sorry, I can’t Korean, Can you talk with english, please?” sambung Ami tergagap.

Nenek itu juga kelihatan bingung dengan kata-kata Ami, gadis itu berharap ada Doraemon dengan jeli penerjemahnya saat ini, hueh.

“Maaf, Ibu saya tidak bisa berbahasa inggris, saya pemilik toko ini, ada yang bisa saya bantu?” jawab seorang laki-laki dengan tiba-tiba yang tiba-tiba juga berada di belakang wanita berwajah ramah itu. Tentu saja dia berbahasa inggris.

“Ah, tidak apa-apa,” jawab Ami sambil tersenyum, “Saya ingin membeli air mineral, ada?”

Laki-laki itu kelihatan ragu, “Mm, sebentar saya lihat dulu,” lelaki itu melangkah masuk ke dalam tokonya, lalu keluar lagi, “Maaf, stok kami sedang habis hari ini,” jawabnya.

Wajah gadis Indonesia itu kelihatan kecewa dan terbaca oleh pria pemilik toko itu, ibunya sih sudah duduk tenang di meja kasir, “Tenang, di bagian luar bandara Incheon ini ada juga minimarket, jalan lurus saja, sampai di gate 4 itu belok kiri, kemudian naik tangga sebelah kanan,” jelas pria itu.

“Mm, baiklah, terima kasih,” kata Ami lalu melangkah pergi.

***

“Terima kasih,” ucap Ami sambil tersenyum saat mengambil barang belanjaannya.

“untung ketemu, fiuh,” katanya pada dirinya sendiri.

“Kyaa, Kyyaaa~~, Oppa!!” teriakan-teriakan heboh mampir di telinga Ami, yang sukses membuatnya menengok penasaran.

Teriakan-teriakan sekelompok anak perempuan mengerubungi sesuatu, karena penasaran, Ami nekat bertanya pada orang korea yang ia sendiri tidak tahu bisa berbahasa inggris atau tidak, “Maaf, apa yang terjadi?” kata Ami sambil menunjuk kerumunan gadis-gadis korea yang histeris.

Seorang bapak yang bermata sipit sekali dengan ogah-ogahan melayani pertanyaan tidak penting seorang turis indonesia, “Ada penyanyi korea, sudah sering terjadi jadi kami sudah tidak heran,” jawab bapak itu dengan bahasa inggris yang fasih, tapi sayang agak tidak nyambung, hehe.

“Ohh,” sahut gadis itu sambil mengangguk-angguk, “Mm, kayaknya terkenal banget, siapa ya?” baru saja hendak menghampiri kerumunan itu untuk melihat artis korea dari dekat, Ami teringat ibunya yang dia tinggal cukup lama, “Astaga!” serunya, kaget, “Aku di mana?” gadis itu bingung, jalan ini bukan yang dilaluinya tadi. Apakah ini artinya dirinya tersesat?!

***

“akhirnya,” kata KyuHyun, lega karena ia sampai di mobil dengan selamat.

“Iya, akhirnya,” Beo Ryeowook, raut letih terpancar di wajahnya.

Mereka berlima baru saja tiba di Seoul setelah konser mereka di Fukuoka, Jepang. Benar-benar menguras tenaga.

“setelah ini, kita akan ke mana? Langsung pulang saja? Atau minum-minum dulu?” tanya Sung-Min, wajahnya tak kalah hancur karena letih.

“Sebaiknya pulang saja, daripada ambruk,” saran Donghae, matanya merah karena mengantuk.

“Ya, lebih baik sih begitu,” timpal Yesung, “Ya ‘kan Kyu? Kyu?” kata Yesung sambil melirik Kyuhyun, “Ya ampun, ternyata orangnya tidur, ckckck,”

***

“Ibuu,” teriak Ami mencari-cari ibunya, ia asal berjalan, siapa tahu jalan yang tadi ia lalui ketemu dengan sendirinya.

Tapi sudah dari tadi ia berputar-putar tetap tidak ketemu juga. Gadis itu menengok ke kiri dan ke kanan, siapa tau ia melihat ibunya.

“Ibuu!” teriaknya, sesosok wanita, mirip dengan ibunya di luar gedung bandara hendak menaiki sebuah mobil, segera gadis itu mengejarnya, “Ibuu!!” panggilnya lagi, “Ibuu,” panggilnya sambil memegang tangan wanita itu.

Ne?” wanita itu menengok, ternyata bukan ibunya.

Mianhamnida,” kata Ami kemudian, lalu berbalik pergi, wajahnya kelihatan lelah. Ia melihat tempat duduk, ia duduk, memikirkan, pasti ibunya akan mencarinya. Aku akan duduk menunggu di sini, pikir gadis itu.

***

“mau ke mana?” Tanya Sung-Min pada Kyu yang rapi dengan setelan kasualnya sore itu.

“biasa, aku ingin beli game baru Hyung, hehe,” jawab Kyu, cengiran bahagia terpampang di wajahnya sore itu, padahal baru tadi siang mereka sampai dari Fukuoka.

“Ohh, karena itu kau tidur tadi supaya bisa main game malam ini?”

“Hehe, iya, Hyung, kok tau?”

“Sudah ada tertulis di dahimu,” canda Sung-Min

***

Ami menggeliat karena tidurnya diganggu sesuatu, sesuatu yang berupa tepukan pelan di bahu kanannya, “Miseu, Miseu,” sebuah suara menyerbu gendang  telinganya dengan bahasa aneh yang tidak ia mengerti.

Hah? Aku di mana? Tanya Ami pada dirinya sendiri, linglung, maklum baru bangun tidur.

Miseu, Miseu,” sapa suara itu lagi, ternyata seorang bapak-bapak yang jika di Indonesia sering disebut satpam, sekuriti dan seterusnya alias bagian keamanan bandara internasional korea itu.

Ya, Sorry, I can’t Korean,” jawab Ami sambil tersenyum getir, ingatan dia tersesat membuatnya kembali putus asa.

Ok, It was late, hurry home, your mother must be looking for you,” sahut Sekuriti itu dengan bahasa inggris yang fasih pula.

Wah, boleh juga ini satpam, satpam internasional, pikir Ami terkagum-kagum.

“Hm, saya…”

Ne, naega geumbang galkke,” kata bapak satpam internasional itu pada alat komunikasi berupa halky talky dengan mimik serius, entah apa yang dia katakan tadi, Ami hanya bisa terbengong-bengong, “Maaf, saya harus segera pergi, Nona cepatlah pulang sekarang, ini sudah petang,” kata satpam internasional itu pada Ami lalu melangkah dengan terburu-buru masuk gedung bandara Incheon yang sangat besar.

“Tapi, Pak,” kata Ami, tapi terlambat, satpam internasional itu telah pergi, menghilang.

***

“Aku di game center Hyung, ya sebentar lagi aku pulang, iya, aku sudah pakai topi,” kata Kyu pada Leeteuk melalui ponselnya.

“Huh, Hyung ini ada-ada saja, memangnya aku masih kecil sampai-sampai tidak boleh pulang malam?” gerutu Kyu setelah menutup pembicaraannya dengan Leeteuk.

Pemuda dengan tinggi 180 cm itu memang penggila game, makanya sore itu ia sempatkan untuk membeli sofware game terbaru untuk dimainkannya beberapa minggu ke depan.

Setelah sibuk membongkar dan melihat-lihat, akhirnya beberapa keping software berhasil dibayar si bungsu super junior itu. Senyum bahagianya mengembang, tanda ia tidak sabar untuk pulang dan memainkannya.

Tiba-tiba-tiba seseorang berlari ke belakang punggungnya diikuti 2 orang bapak-bapak yang kelihatan mengejar gadis itu.

Alis Kyu mengerut bingung, “ Ada apa ini?”

***

Ami yang ditinggal satpam itu akhirnya memutuskan berjalan keluar dari bandara yang masih tetap ramai itu. Berharap ibunya ada di depan sana menunggu, dipinggir jalan mungkin.

Krucuuk, kruccuk~~

Ami merasakan perutnya begitu lapar, tapi mau bagaimana ia tidak punya uang Won, “Huhu, sabar ya, mudah-mudahan ada makanan jatuh dari langit,” harap Ami sambil menekan-nekan perutnya yang terus saja berbunyi.

Setelah sekian lama berjalan melewati trotoar kosong dengan jalan tol lebar di sebelahnya,akhirnya ia melihat keramaian pertokoan di depan sana, ia tidak tahu pertokoan apa, lokasi dia berdiri saja ia tidak tahu. Tasnya hanya berisi ponsel yang sama sekali tidak berfungsi di Korea yang menggunakan jaringan 3G, kamera digital, beberapa buku bacaan dan dompet yang sayangnya berisi rupiah, hikss.. menyesal mengapa tadi ia menghabiskan makanannya di pesawat?

Beberapa meter sebelum mencapai daerah pertokoan itu, Ami melihat taman, walau pun sepi, gadis itu nekat saja duduk untuk melepas lelah.

“Bu, ibu dimana sih? Kenapa tidak mencariku?” keluh Ami, rasa putus asa menguasai hatinya.

“Hai,” sapa suara bapak-bapak membuat Ami menengok.

“Hai,” kali ini bapak-bapak berjanggut yang bersuara, membuat takut gadis bermata bulat itu, walaupun tidak bulat-bulat amat sih.

Kedua bapak-bapak tidak jelas itu tertawa terbahak-bahak melihat reaksi dan mimik wajah gadis di depan mereka, “Hahaha, kelihatannya anak ini bukan orang korea,” kata bapak-bapak tanpa janggut, tawanya menggelegar.

“Sepertinya begitu, lihat saja, matanya tidak sipit sama sekali, lumayan jika kita jual” tambah bapak dengan janggut, khas korea, tipikal bapak-bapak pemabuk di serial drama korea yang sering dilihat Ami di televisi.

Hii, mau apa bapak-bapak ini? Pikir Ami, ia berfirasat buruk, soalnya dari tadi bapak-bapak itu berbicara tidak jelas.

Tiba-tiba bapak tanpa janggut itu mendekat hendak meraih tas punggung yang ada didekapan Ami, “Hei, mau apa kalian?! TOLONG!!” teriak Ami dalam bahasa Indonesia, tentu saja 2 bapak-bapak yang berniat jahat itu tidak mengerti, dan seluruh orang Korea di dekat situ.

Tanpa dikomando, Ami langsung berlari, berlari ke mana saja, ia harus bertemu seseorang, jika tidak ia tidak tahu apa yang nanti akan terjadi padanya.

Pertokoan ini walaupun ramai, tapi semua sibuk didalam toko-toko tersebut, apa tidak mengerti jika dirinya dikejar-kejar preman?

“Ahh!!” teriak gadis itu, ketakutan.

“Hei, kau, jangan lari!” teriak bapak-bapak itu dengan bahasa korea.

Mengapa tidak ada yang menolong?! Pikir Ami, ia benar-benar ketakutan.

Kemudian matanya menangkap seseorang yang baru keluar dari sebuah toko.

Aku harus ke sana, kalau tidak bapak-bapak ini akan terus mengejarku, pikirnya lagi.

Pemuda itu bingung setengah mati saat tiba-tiba Ami yang sedang beradegan action dengan kedua preman korea itu bersembunyi di belakang punggungnya, “Ada apa ini?” tanya pemuda itu dengan bahasa korea yang sepertinya membuat 2 bapak-bapak itu mengerem langkah.

***

“Ada apa ini?” ulang Kyu.

2 bapak-bapak itu saling berpandangan bingung, “Ehh, apa anak itu keluargamu?” tanya bapak tanpa janggut.

Sebelum menjawab Kyu merasakan tangan anak perempuan yang menggenggam erat bagian belakang mantelnya bergetar, mungkin ketakutan, pikir Kyu.

Kyu akhirnya mengangguk mantap, “Ya, ada apa kalian mengejarnya?  tadi kami berpisah karena ada keperluan di toko berbeda di sini, mengapa datang-datang kalian seperti mengejarnya hingga dia seperti ini? Kalian apakan dia? Jika kalian berbuat jahat padanya, saya tidak segan-segan melaporkan anda berdua pada polisi,” ucap Kyu sopan namun tegas sambil mengamati 2 bapak-bapak di depannya itu.

Bapak berjanggut dengan senyum palsunya menjawab, “ah, tidak, tadi dia mengambil barang kami tanpa ijin, ya’kan?” bapak berjanggut itu meminta dukungan temannya, bapak tidak berjanggut mengangguk gugup.

Alis Kyu kembali mengerut, “Begitu? Jika benar begitu saya minta maaf,” kata Kyu akhirnya sambil membungkukkan badan dalam-dalam seolah gadis yang bersembunyi di belakangnya benar-benar keluarganya.

“Ya, apa boleh buat.  bilang pada adikmu itu, mencuri itu tidak baik,” kata bapak berjanggut sambil melangkah pergi bersama kawannya, bapak tidak berjanggut.

***

“Hei,” Ami merasakan sentuhan di bahunya, maka gadis mengangkat wajahnya yang ditenggelamkannya di punggung pemuda yang belum dikenalnya itu tanpa sadar.

“Maaf,” kata gadis itu sambil melepas mantel pemuda yang digenggamnya dari tadi.

Dahi pemuda itu berkerut, bingung, “Mianhamnida,” ulang Ami dalam bahasa Korea, hanya beberapa kata yang dia tahu.

Pemuda itu malah menyangkanya bisa berbahasa korea, “Ya, tidak apa-apa, tapi tadi apa yang terjadi tadi?” kini giliran gadis itu yang mengerutkan dahi.

“I’m Sorry, I can’t talk with Korean, I just know many word in Korean, like ‘Mianhamnida’, hehe,” kata Ami malu-malu.

Pemuda itu tersenyum, “Ya tidak apa-apa, tapi apa yang terjadi tadi?” ulangnya, kali ini dalam bahasa inggris.

“Aku juga tidak tahu, mereka mendatangiku kemudian tiba-tiba saja ingin menarikku, jelas saja aku langsung lari,” jelas Ami sambil mengingat kejadian kejar-kejaran tadi.

“Oh, begitu,” pemuda itu tidak mengatakan apa-apa lagi, terdiam sendiri.

“Maaf tadi membuatmu repot dan terima kasih telah menyelamatkanku,” ucap Ami sambil tersenyum, “Kalau begitu, aku pergi dulu, sampai jumpa,” lanjut Ami sambil melangkah pergi, ia harus mencari ibunya.

Ia mengingat-ngingat sesuatu, apa ya?? Duh, bingung! Pikir Ami sambil memukul kepalanya.

***

Mau ke mana anak itu? Ini ‘kan sudah malam? Pikir Kyu, ia membuntuti anak itu, ia merasa aneh melihat raut anak perempuan itu, pucat.

Sengaja ia meninggalkan mobil di tempat parkir tempat ia membeli software game tadi. Ia melihat anak itu berjalan lesu di trotoar sepi, karena kebanyakan orang memilih naik subway daripada jalan kaki.

Kyu tidak tahan lagi, ia percepat langkahnya untuk menyusul gadis kecil itu.

***

“Hei, kamu mau ke mana?” tanya seseorang dari arah belakangnya, membuat Ami sedikit terkejut.

Orang yang tadi? Pikir Ami “Aku hanya berjalan saja,” jawab Ami bingung, mengapa pemuda ini mengikutinya.

“Mengapa tidak pulang?” tanya pemuda itu lagi.

Ami menunduk, “Aku tidak punya rumah, setidaknya di sini,” jawab gadis itu akhirnya.

Pemuda itu lagi-lagi mengerutkan alisnya, “Mengapa bisa begitu?”

“Karena memang begitu kenyataannya,”

Pemuda itu menghela napas sebelum melanjutkan, “Kau ini anak perempuan, tidak baik sendirian malam-malam begini, kau tahu ini sudah pukul 9 malam, seharusnya kau ada di rumahmu, kau ingin kejadian tadi terulang? Bertemu orang jahat?”

“Aku ingin seperti itu, aku ingin pulang dan tentu saja aku tidak ingin bertemu dengan orang jahat, tapi bagaimana bila aku katakan aku tersesat di sini!”

“Hah?”

***

“Astaga Kyu, siapa dia?!” suara Leeteuk terdengar histeris saat Kyuhyun membawa seorang anak laki-laki bermata bulat, parasnya jelas bukan khas korea.

“Hyung, dia tersesat, kehilangan ibunya, tadi saja anak ini diganggu orang jahat,” jelas Kyu, “Biarkan dia menginap di sini, aku akan membantunya menemukan ibunya,”

“Ya, di mana dia akan tidur?” lanjut Leeteuk.

Sejenak Kyu berpikir, “dia bisa tidur di kamarku,”

“iya aku tahu, maksudku aku akan tidur satu kasur dengan Sungmin Hyung, dan dia akan tidur dikasurku,” lanjut kyu berusaha meyakinkan Hyungnya yang satu itu.

“Baiklah, ayo kalian masuk,” kata Leeteuk yang menyetujui kemudian menyuruh mereka masuk.

“Kyu kau bawa ap..,” suara SungMin terhenti melihat orang asing duduk di sofa ruang keluarga mereka.

Kyu mengangkat wajahnya, ‘Ah, Sungmin Hyung, kenalkan dia Ami,”

Sungmin menjabat tangan anak itu, “Iya, tapi siapa dia?”

Akhirnya Leeteuk menjelaskan setelah mengumpulkan semua dongsaengnya.

“Ohhh,” koor semuanya, mereka semua adalah Heechul, Yesung, Shindong, Sungmin, Ryeowook, Siwon, Eunhyuk dan Donghae.

“Maaf, aku akan menyusahkan kalian nantinya,” kata Ami, Kyu mengajarinya untuk membungkuk pada orang yang lebih tua jika ingin bersikap sopan di korea.

Akhirnya malam itu gadis itu harus berkenal dengan 10 orang laki-laki dengan penampilannya yang harus laki-laki pula.

“Tapi, mengapa namamu Ami?? Seperti nama perempuan saja,” komentar Sungmin.

Ami kelabakan mendapat pertanyaan itu, “Ahh, itu..,”

“Di indonesia, ‘Ami’ itu nama untuk laki-laki,” sahut Kyu memberi alasan yang asal.

“Ohh, benar begitu?” tanya Sungmin lagi.

Dengan terpaksa Ami mengangguk dibawah pelototan Kyu yang memaksanya untuk mengangguk, “eh, oh.. Iya, Sungmin Hyung,” hueee akhirnya aku harus berbohong banyak hari ini, pikir gadis itu.

***

Kyu sambil menatap cermin melihat ke arah sosok Ami yang sedang memangkas pendek rambut sebahunya, “Maaf membuatmu sementara menjadi anak laki-laki,”

“Ya, tidak apa-apa, kau ingin menampungku saja aku sudah sangat berterima kasih,” jawab gadis itu.

Kyu tersenyum, “Ehh, pokoknya kau iyakan saja semua alasanku jika orang rumahku bertanya, ok?”

“Ok,”

Kyu mengingat-ngingat kejadian sebelum dia sampai di apartemen mereka, terpaksa ia menjadi gadis itu seorang anak laki-laki, jika tidak, mana mungkin Hyung memperbolehkannya menginap.

***

“Bagaimana? Enak tidak?” tanya EunHyuk pada seseorang yang asyik melahap es krim coklat di sampingnya.

Ami mengangguk, “Tentu saja, enak, terima kasih sudah mentraktirku,” jawab Ami.

“Hehehe,” EunHyuk sibuk cengar-cengir mendengar ucapan terima kasih dari Ami.

“Hyung!” sebuah suara membuat 3 orang menoleh sekaligus. Eunhyuk, Ami dan tentu saja penjual es krim, “Membuat orang khawatir saja, aku kira kau diculik!” kata Kyu begitu ia berada di depan kedua orang itu.

“Hei, tenanglah, dia ‘kan Cuma makan es krim denganku, dan ini ‘kan masih di depan kantor SM,” kata Eunhyuk menenangkan dongsaengnya.

“Huuuhhh, baiklah, baiklah, tapi traktir aku es krim juga ya!”

Begitulah hari-hari pertama yang dilewati Ami bersama idola-idola gadis korea itu.

***

Sudah 1 minggu berlalu, tapi tetap saja usaha gadis itu untuk bertemu ibunya belum berhasil, setiap hari Kyuhyun selalu mengantarkannya mencari ke hotel-hotel besar sampai yang kecil di Seoul, tapi tetap saja nihil.

Walau begitu, banyak pula waktu yang gadis itu habiskan bersama 9 orang tersebut dan tentu saja dengan Kyuhyun. Senang sekali gadis itu ketika Kyuhyun mengajaknya berkeliling Seoul ketika ia tidak ada schedule.

Sepi sekali, pikir Ami, Eunhyuk yang tadinya mengira hari ini jadwalnya kosong ternyata harus pergi juga. Kyuhyun juga belum kembali, pikir Ami lagi.  Maka ia memilih untuk bermain dengan Heebum, kucing milik Heechul.

Tok, tok..

Seorang gadis cantik berdiri di depannya,  “Hai, apa kyuhyun ada?” tanyanya, tatapannya begitu bingung saat melihat Ami.

“Sorry, Can we talk with English? I’m not Korean,” jawab Ami sambil tersenyum malu-malu.

“ah, ok, apa kyuhyun ada” ulang gadis itu dalam bahasa inggris.

“Dia sedang keluar, apa kau mau masuk dulu untuk menunggunya? Kebetulan aku sendirian,”

“Baiklah,” kata gadis itu sambil melangkah masuk sambil tersenyum senang.

***

“Kyuhyun-ssi, tadi ada seseorang mencarimu, namanya Cho Ah-ra,” kata Ami ketika kyuhyun datang.

Kening Kyu berkerut, “Ah-ra itu kakak perempuanku, aneh sekali dia datang tanpa meneleponku,”

“Begitu? Aku senang sekali dia  datang, setidaknya aku tidak sendirian,” kata Ami

***

Ami menyaksikan sendiri betapa populernya mereka, terutama seorang Kyuhyun, kemanapun pemuda itu melangkah, selalu saja banyak yang berlari ke arahnya, entah meminta tanda tangan sampai foto bersama. Padahal ‘kan mereka hanya pergi membeli peralatan masak.

“Aku ingin tahu, sepopuler apa kau di negaraku, haha,” kata Ami ketika itu Kyuhyun baru saja menandatangani lembar terakhir kertas fans yang mengerubunginya.

Kyuhyun menoleh sambil mencibir, “sangat populer, lihat saja jika kau pulang,”

Percaya diri sekali orang ini, pikir Ami, tapi memang dia akui, Kyuhyun ini pemuda korea yang tampan, pantas saja ia jadi artis.

“Ami, kita ke minimarket, Ryeowook hyung baru saja meneleponku untuk berbelanja, huh susahnya jadi adik mereka,” gerutu kyuhyun sambil berjalan kea rah mobilnya yang terparkir anggun.

Ami hanya angkat bahu sambil mengikuti langkah Kyuhyun, entah mengapa ia selalu mengekor pemuda itu, ia merasa lebih aman saja.

***

“Hei, melamun saja,” tegur Eunhyuk saat melihat Ami terbengong-bengong sendiri, “Mentang-mentang Kyu tidak ada, kau tidak perlu mengkhawatirkannya seperti itu kan?” goda Eunhyuk.

“Aku tidak memikirkannya, hanya saja, sampai kapan aku akan tetap begini? Kapan aku akan bertemu ibuku? Kapan aku akan kembali ke rumahku? Aku benar-benar bingung, aku tidak juga menemukan ibuku,” jawab Ami, kalimatnya terdengar sangat putus asa, “aku merasa, di sini bukan tempatku, aku ingin pulang, eunhyuk Hyung,”curhat Ami.

Eunhyuk yang melihat mimik gadis yang dia sangka laki-laki itu ikut merasakan kesedihannya, “Hei, jangan bersedih, kami, terutama Kyu akan berusaha lebih keras,” lanjutnya sambil memeluk ami, demi menenangkan anak itu.

“Aku ingin pulang, Hyung, aku rindu ibuku,”

***

Hari-hari berlalu, ia terus berusaha menemukan ibunya dengan bantuan Kyu. Selain mencari ibunya, gadis itu juga membantu Ryeowook memasak, membantu sungmin bersih-bersih rumah, membantu heechul memberi makan ketiga kucingnya, membantu shindong menghabiskan makanannya, shindong bilang sih badannya terlalu kecil untuk ukuran pemuda berumur 18 tahun, membantu Leeteuk mencuci, mengikuti Eunhyuk mengepel lantai, membantu Donghae memberi makan ikan-ikannya, merapikan buku-buku kapten Siwon, dan merapikan koleksi dvd yesung yang menggunung, dan menghadapi duel game dengan Kyuhyun.

Huaa, melelahkan, batin Ami sambil menghempaskan badannya ke kasur yang selama hampir 2 minggu ini jadi miliknya.

“hei, hei, itu kasurku, jangan diloncati seperti itu, kalau rusak, kau mau ganti, hah?” omel si bungsu itu, leeteuk hyung saja tidak pernah mengomel seperti itu, pikir Ami.

“Kami akan keluar, kau terpaksa di rumah sendirian, jaga rumah baik-baik ya,” perintahnya.

“ya, baik,” jawab Ami malas-malasan.

“Hei, hei, sikapmu tidak baik begitu pada orang yang lebih tua,” omel Kyu lagi sambil berlalu pergi.

Huh, dasar.

“Sudah ya kami berangkat, kalau mau makan, kata Ryeowook hyung, makan saja, ia sudah menyiapkannya untukmu,” kata Kyu sebelum pergi, “Sampai jumpa,”

“He? Sampai jumpa? Tumben sekali,” pikir Ami terheran-heran dengan kalimat terakhir Kyu sebelum menutup pintu.

***

“Hai, kita ketemu lagi,” sapa Cho Ah-ra pada Ami.

“Hai, aku senang kau datang lagi, tapi Kyuhyun hyung tidak ada,”

Ah-ra berjalan masuk, “Aku ingin bertemu denganmu, bukan dengan Kyu,”

Ami melongo, “Denganku?”

“Ya,” jawab Ah-ra tenang, “Ami, aku tahu sekarang, kau bukan laki-laki ‘kan? Kau tenang saja, kau aman bersamaku, aku hanya ingin memastikan kalau yang di foto ini adalah kau,” lanjut Ah-Ra sambil menunjukkan foto Ami berdua dengan sepupu laki-lakinya, Andre.

Ami kaget, “Bagaimana foto ini bisa ada padamu?”

“Andre yang memberikannya padaku saat ia tahu aku akan pulang ke korea, dia bilang, sepupu perempuannya terpisah dari ibunya di bandara, barangkali aku bisa membantu untuk mencarinya,” jelas Ah-Ra, Ami teringat Andre yang mengambil S2 di Australia, ia tidak menyangka ia berteman dengan kakak perempuan Cho Kyuhyun.

“Benarkah? Kau tidak berbohong ‘kan?” Tanya Ami, gadis itu bahagia sekaligus sedih. Bahagia karena bisa bertemu keluarganya dan sedih karena akan berpisah dari orang yang dia anggap sebagai kakak selama 2 minggu ini.

Ah-Ra tersenyum, ada kemiripan senyum gadis itu dengan adiknya, “Tentu saja, ibumu masih di seoul, dan hari ini dia akan pulang, sore ini pukul 4,” lanjutnya, “Kau tahu, aku baru menyadarinya kemarin, bahwa kau adalah sepupu Andre, lalu ketika mendengar ibumu akan pulang hari ini, aku cepat-cepat ke sini untuk menjemputmu, Kyu mempersulit pencarian dirimu, karena kau harus berpenampilan seperti laki-laki,” gerutu Ah-Ra saat menyebut nama adiknya.

“Ya, karena dia tau jika aku datang sebagai perempuan, Leeteuk hyung tidak akan mengijinkan aku menginap,”

Ah-Ra menghembuskan napas lega, “Ada-ada saja anak itu, kalau begitu ayo, ini sudah jam 3 lewat, kalau tidak berangkat sekarang, kau bisa terlambat,” kata Ah-ra.

“Tapi bagaimana dengan Kyuhyun hyung?” Ami masih memanggil ‘hyung’, masih belum sadar dirinya sekarang tidak usah takut ketahuan bahwa dia perempuan.

“Tenang, dia urusanku,”

***

Yeobo, Noona?” sapa Kyu pada Ah-ra lewat ponselnya.

“Kyu, aku sudah menemukan Ibunya Ami,”

“Apa?”

“Ya, aku menelepon hanya untuk memberitahu, hari ini ibunya akan pulang ke Indonesia, jadi aku harus buru-buru mengantarnya ke bandara,”

Kyuhyun mulai gusar, “Tunggu dulu, Noona, jangan, aku mohon, tunggu sampai aku selesai”

“Kyu, kau harus tahu, keluarganya khawatir, aku belum memberitahu ibunya bahwa aku sudah menemukan anaknya, jadi tolong kau mengerti,” lanjut Ah-Ra.

Noona, apa tidak bisa menungguku pulang, bagaimana bila Leeteuk Hyung bertanya ke mana Ami?” Kyu berusaha membujuk kakaknya.

“Kyu, kau tahu, aku bisa membereskannya, jadi, kau tenang saja, kau hanya perlu menjelaskan mengapa anak itu berpenampilan seperti anak laki-laki, aku memang sudah mendengarnya dari Ami, tapi aku ingin mendengar langsung darimu,” tegas Ah-Ra.

Kyu terdiam, “Kyuhyun-ssi, ini aku Ami, terima kasih banyak selama ini, maaf aku pergi dengan tidak sopan, jika kita bertemu lagi, aku akan berusaha membalasnya,” kata Ami, Ah-ra memberikan ponsel miliknya, “Kalau begitu, sampai jumpa, Kyuhyun ssi,” ucap Ami dengan berat hati lalu memberikan ponselnya kepada Ah-ra kembali.

“Baiklah, Kyu, aku tutup teleponnya,” kata Ah-Ra.

Noona, jangan!!” teriak Kyu.

Klik! Telepon terlanjur ditutup.

“Kyu! Ada apa?!” Tanya eunhyuk panik melihat dongsaengnya.

“Hyung, aku ada urusan, aku harus pergi,” kata Kyu tanpa mempedulikan teriakan eunhyuk.

“Kyu, kembali!!” teriak eunhyuk, tapi sia-sia.

***

Tidak, aku bahkan tidak punya alamatnya, nomor ponselnya, aku akan susah bertemu anak itu lagi, batin Kyu, ia memacu mobilnya untuk sampai secepat mungkin ke Incheon, ia harus bertemu anak itu dulu.

Tak lama, pemuda sampai, ia mencari-cari di mana Noonanya dan tentunya anak itu.

Ia melihat sosok kakaknya yang berjalan menuju pintu keluar bandara, “Noona!” panggilnya.

Ah-ra menoleh, “Kyu?!”

“Noona, mana anak itu?”

Ah-ra tersenyum, “Kau begitu mengkhawatirkannya ya, tenang saja, aku mengantarkannya dengan selamat, ia sudah bertemu ibunya, sekarang pesawatnya sudah berangkat,”

“Apa?” lutut kyu serasa lemas, ia menyesal hanya mengucapkan ‘sampai jumpa’ saat ia berangkat tadi. Ia tidak tahu hari itu gadis itu akan tidak ada lagi di apartemen mereka.

“Ya, begitulah, tenang saja, kalian tentu bisa bertemu lagi,” sahut Ah-ra, “sekarang, apa kau mau ikut aku untuk mendengar bagaimana aku menemukan Ami?”

***

1 tahun kemudian…

Super Show 3 di Malaysia..

“Kyaaa, Kyuhyun Oppa!!” teriak fans-fansnya.

“KyuHyun Hyung!!” panggil sebuah suara yang berbeda dari yang lain, dan tentu saja aneh di telinga kyu.

Harusnya, gadis itu memanggilku ‘Kyuhyun Oppa’, bukan dengan ‘hyung’, batinnya geli. Ia penasaran, siapa yang berteriak dengan kalimat yang salah itu, gadis seperti apa.

“Kyuhyun Hyung!” teriakan itu lagi.

Kyuhyun menoleh, ia seperti melihat seseorang yang dia selamatkan dari preman setahun yang lalu, yang berkata dia tersesat di seoul, “Ami?” bisik kyu saat melihat wajah gadis itu, tetap dengan rambut pendek seperti terakhir kali ia melihatnya di rumah ketika mereka memintanya menjaga rumah.

***

30 komentar di “See You Again, KyuHyun Hyung (?!)

  1. aaaa….. tidaaaak!!! 😮 ini harus lanjuut!! 😀 asiiik banget!!! semoga ada ya orang beruntung yang kaya gitu 😀

    Kyuhyun hyug~ Kau akan menyesal jika akulah sigadis itu 😛

  2. hueeeee >< lanjutin geeh #ngotot# soalnya gantung *kata saya -__-

    yayaya.. keren tau xD geregetan pas dibandaranya tuh, masaga ketemu sih ~_~

    sabar kyuu.. =_=

    • iya deh, kalo ada ide aku lanjutin, hehe, habis kalo maksa, jadinya pasti jelek.. gak ketemu, soalnya aku bayanginnya, Kyu sama si cewek itu ketemunya pas SJ konser, haha

      • kalo bisa…. hmm si aminya itu ngajak si kyu ke Indo, terus main di Indo berapa hari dan balik lagi ke korea baru the end (?) xD #Ide gila muncul

      • hehe, aku pikir ceritaku nih agak2 aneh, tp makasih bnyak chingu mw baca *terharu.com* ntar aku coba deh
        ini aja aku bwt ff macet2 idenya, haha, aku cb jg lanjutin yg see you again ini, hoho
        kok bs ya kmren2 aku nekat pake nama Ami, jelek bnget, wkwkwk

  3. tenang, bagus koook!! okelah.. no problem 😀
    ini tuh asik tau, jujur ini ff kocak #lha?? kok??# *abaikan
    hahaha keren tau, Ami dan Kyuhyun *waaw couple baru*
    okelah.. mending kamu >< ditambah pemainnya kesana kemari, jadi pusing sendiri

    • wkwkwk, gantung bnget ya? km udh org kebrapa ni yg blg gt, hehe..
      iya nih, aku mw lnjutin, tp idenya masih macet, nnti klo g da halangan, q cb lnjutin
      soalnya, lg dlm proyek ff baru nih, belum kelar2, pdahal udh b’bulan2, hehe
      ditunggu aja ya 🙂 n makasih bnyak udh mw bca sampe habis (?)

Tinggalkan Balasan ke Atikah Nisa' Qonita (@Nietta29) Batalkan balasan